Sabtu, 30 Januari 2010

Skripsi Bahasa Indonesia

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS XII SEMESTER
GENAP SMA BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010



( Proposal Skripsi )



Oleh :
Epi Apriati
061210048










SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP – PGRI) BANDAR LAMPUNG
2009


KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puju syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal dan dapat menyelesaikan proposal ini.

Proposal ini berisi tentang keefektifan penggunaan media gambar dalam membuat karangan deskripsi pada siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, tahun pelajaran 2009/2010.

Pembahasan dalam penelitian ini mengenai penggunaan media gambar dalam membuat karangan deskripsi, yang dimaksut disini yakni bagaimana menulis karangan deskripsi melalui media gambar yang baik dengan memperhatikan kesatuan dan kepaduan. Pemecahan masalah yang dikemukakan dalam proposal ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelaharan bahasa Indonesia di SMA, khususnya SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010.
Dengan demukian, hasil penelitian ini agar dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa SMA muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

Bandar Lampung januari 2010
Penulis

Epi Apriati

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Manusia memerlukan bahasa karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa menurut penyampaiannya dibagi menjadi dua yaitu bahasa lisan, yang disampaikan secara langsung dan bahasa tulis, yang disampaikan secara tidak langsung. Keterampilan menggunakan bahasa lisan dan tulisan sama pentingnya.

Tulisam merupakan gagasan atau ide yang ada pada diri penulis, dari gagasan itu timbul proses psikimotor (keterampilan) secara mekanik dalam suatu gerak yang otomatis dari bentuk lisan menjadi bentuk tulisan.
Keterampilan menulis sebaiknya ditanamkan kepada diri siswa sejak duduk di bangku sekolah, keterampilan menulis atau mengarang merupakan aspek yang perlu di tanamkan secara intensif lagi.

Pada bagian ini penulis menjelaskan pengertian media dalam tulisan ini mempunyai makna ialah perantara untuk menampilkan segi kebahasaan, sedangkan dalam dunia pendidikan mempunyai makna, segala sesuatu yang dapat ditampilkan, digunakan, dibicarakan untuk melatih sesuatu keterampilan, media pendidikan banyak ragam
dan fungsinya sesuai dengan tujuan keterampilan yang diharapkan media pendidik antara lain:

1. Media dengar, segala sesuatu yang dapat didengar, misalnya, rekaman, radio dan sejenisnya.
2. Media lihat, segala sesuatu yang dapat dilihat, misalnya, gambar, tulisan, televisi, benda aslinya dalam uraian kecil.
3. Media cetak, segala sesuatu yang dapat dibaca, misalnya surat kabar, majalah dan sebagainya.

Gagasan yang disampaikan dalam bentuk tulisan disebut karangan. Karangan akan mudah dipahami oleh pembaca apabila disajukan secara logis dan sistematis yang dimaksud berkaitan dengan akal dan pikiran, akal dan pikiran yang teratur akan diperoleh apabila penulis mampu mengembangkan gagasan pokoknya secara tersusun dengan baik.

Kemampuan mengarang tersebut akan lebih cepat terwujud apabilasering melakukan latihan mengarang serta mempergunakan atau memanfaatkan media-media pembantu, seperti dengan cara menyediakan media gambar penemuan baru dalam bidang teknologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam dunia pendidikan, akibat dari pengaruh itu maka pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan.
Peningkatan kemampuan mengarang siswa akan lebih mudah dicapai dengan menggunakan media gambar dalam pelaksanaan pengajarannya. Karena media gambar tersebut akan membangkitkan minat atau motivasi kegiatan belajar, dan bahkan mempengaruhi psikologis siswa dalam mengarang. Media tersebut memberi pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu berkembangnya efiensi yang lebih mendalam serta karangan yang lebih banyak dalam belajar.

Adapaun tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa memahami cara menulis karangan Deskripsi dengan media gambar yang telah ditentukan, dan dapat mengomunikasikan ide atau pesan secara tertulis, setelah menerima pelajaran tentang karangan Deskripsi, siswa dapat menulis karangan Deskripsi dengan baik.

Mengarang adalah sesuatu yang dapat kita pahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis untuk dipahami. Pembelajaran bahasa mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pembelajaran ke empat aspek berbahasa pada hakekatnya menyiapkan siswa agar dapat berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.
Komunikasi lisan dan tulisan tersebut dapat dikuasai siswa untuk menyiapkan dirinya ketika berada dalam proses, juga kelak untuk dia bermasyarakat, komunikasi yang terjadi dalm kegiatan menulis adalah komunikasi secara tidak langsung, yaitu komunikasi antara penulis dan pembaca.

Menyusun sebuah karangan bukanlah sesuatu yang mudah. Seseorang siswa kelas XII SMA seharusnya sudah mampu menyusun sebuah karangan yang baik, seperti karangan yang berbentuk Deskripsi, di dalam karangan Deskripsi siswa dapat bebas mengemukakan dan menuangkan pikiran serta gagasan-gagasan didalam karangan tersebut. Namun pada hakekatnya masih banyak siswa yang belum mampu membuat karangan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Sehingga sering terjadi keselah pengertian antara pengarang denga pembaca dan pada akhirnya pesan adalah gambaran yang ingin disampaikan penulis dalam karangan tersebut tidak dapat diterima pembaca dengan baik.

Berdasarkan hasil prapenelitian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul, “ Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap menulis Karangan Deskripsi Siswa kelas XII semester ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010.

1.2 Identifikasi Masalah
1) Kemampuan menggunakan media gambar pada siswa kelas XII semester ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010 masih kurang.
2) Kalimat yang ditulis dalam karangan Deskripsi melalui media gambar siawa kelas XII semester ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung kurang efektif.
3) Apakah siswa kelas XII semester ganjil Sekolah Menengah Atas sudah terampil dalam menulis Deskripsi.
4) Apakah ada pengaruh media gambar terhadap prestasi siswa dalam mengarang Deskripsi siswa kelas XII semester ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.


1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang muncul dari identifikasi masalah diatas, penulis membatasi pada poin pertama yaitu” kemampuan menggunakan media gambar pada siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010 masih kurang.

1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana penggunaan media gambar dalam membuat karangan deskripsi pada siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010.

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gambarterhadap kemampuan membuat karangan deskripsi siswa kelas XII semester genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar lampung tahun pelajaran 2009/2010.
2. Membandingkan nilai rata-rata kemampuan mengarang deskripsi sebelum menggunakan media gambar dengan kemampuan mengarang deskripsi sesudah menggunakan media gambar siswa kelas XII semester genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010.

1.5.2 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Dapat dijadikan satu alternatif yang perlu disikapi oleh guru guna peningkatan prestasi belajar Bahasa Indinesia siswa di sekolah tersebut.
2. Diharapkan dapat memacu dan memotifasi siswa meningkatkan prestasi belajar, khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengaranng.
3. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi siswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan mengarang deskripsi di sekolah.
4. Bahan masukan bagi guru khususnya guru bidang srudi bahasa Indonesia mengenai kemampuan mengarang dan upaya yang harus dilakukan dalam pembelajaran.



1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini mencapai sasaran bagaimana yang telah dirumuskan dalam tujuan dan tidak menyimpang dari masalah yang ada, maka penelitian ini memerlukan pembatasan dalam ruanglingkup penelitian yang mencakup pengertian-pengertian sebagai berikut:

1.6.1 Objek penelitian
Sesuai dengan judul penelitian maka objek yang akan diteliti tentang. Pengaruh penggunaan media gambar dalam membuat karangan deskripsi.


1.6.2 Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010.

1.6.3 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010.

1.6.4 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada masa belajar di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010.

Skripsi Bimbingan Konseling

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi memang selalu berkembang dengan pesatnya akhir-akhir ini. Bukan saja dibidang teknologi informasi, kedokteran, pertanian, tetapi juga dibidang psikologi. Pola pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan kecerdasan Intelektual (IQ) dan materialisme tetapi mengabaikan kecerdasan Emosi (EQ) terlebih Kecerdasan Spiritual (SQ).

Dampak dari semua adalah kemunduran dalam dunia pendidikan juga dirasakan oleh banyak kalangan yang kerap menilai bahwa pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dari pendidikan negara luar, bahkan negara tetangga seperti Malaysia sekalipun. Proses pendidikan di Indonesia mengalami banyak hambatan, baik itu penyebab dari sistem kurikulumnya yang dinilai kurang bermutu, maupun dari segi pembangunan fisik, sarana dan prasarana dan terlebih dari itu semua adalah mental pendidik yang dianggap kurang memberikan tekanan dalam upaya bimbingan-bimbingan normatif yang sangat berbeda dengan pendidikan Indonesia di jaman dulu.

Pada umunya masyarakat Indonesia memang memandang IQ paling utama, dan menganggap SQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar dalam pola asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan juga sekolah-sekolah negeri atau swasta pada umumnya. Maka tidak heran apabila banyak remaja siswa berprestasi tapi tidak sedikit kemudian mereka yang berprestasi juga menjadi siswa yang urakan dan mengabaikan tanggungjawabnya dalam menjalani proses pendidikan di sekolah, terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba dan budaya tawuran sering dilakukan.

Memang IQ juga penting, begitu juga dengan EQ, namun SQ merupakan pengukur (alat ukur) bagi keberhasilan yang nyata pada siswa berbakat. Siswa dengan kecerdasan spiritual terbukti lebih memiliki prestasi belajar yang mapan, dari pada siswa yang rendah SQ nya. Hingga tahun 2003, kelahiran Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan awal reformasi pendidikan yang mencoba menyeimbangkan pola pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mengedepankan Kecerdasan Spiritual (SQ), Kecerdasan Emosi (EQ) dan tidak mengabaikan Kecerdasan Intelektual (IQ).

Dengan lahirnya Undang-Undang tersebut, maka sekolah-sekolah di seluruh Indonesia diwajibkan memberikan bimbingan spiritual khususnya bagi guru pembimbing atau konselor sekolah, pendidikan normatif, keagamaan sesuai dengan kepercayaan masing-masing siswa, sehingga diharapkan dengan tumbuhnya keimanan dan taqwa pada diri siswa, atau dengan kata lain upaya mengembangkan kecerdasan spiritual siswa, sekolah mengharapkan agar anak didiknya mampu mengembangkan bakat yang ada.

Karena dengan berkembangnya kecerdasan spiritual maka siswa akan lebih patuh dan disiplin, tidak gampang terpengaruh oleh hal-hal buruk di lingkungan luar sekolah, sehingga lebih berkonsentrasi pada pelajaran, dan lebih mampu mengendalikan emosinya.

Undang-undang diatas juga sudah serasi dengan GBHN (1998) yang telah menggariskan bahwa pendidikan nasional harus diarahkan untuk mencapai kondisi watak bangsa yang utuh. Watak bangsa yang utuh bersumber dari watak-watak pribadi yang terbentuk melalui pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah yaitu di keluarga dan masyarakat.

Watak atau karakter pada hakekatnya merupakan sisi kepribadian yang berkaitan dengan aspek-aspek moralitas normatif yang berlaku. Jadi kualitas watak seseorang akan dilihat dari penampilan kepribadiannya ditinjau dari sudut timbangan norma-norma moral. (H. Mohammad Surya, 2004; 1).

Seseorang dengan watak yang baik pada umumnya memiliki kecerdasan spiritual yang baik pula, dimana bermula dari itu, maka setiap orang yang sangat religi atau memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi selalu akan terpacu untuk mencapai hal-hal yang positif, berguna bagi diri dan lingkungannnya, membiasakan mendisiplinkan diri untuk mencapai prestasi yang harus dicapai, mandiri dan tidak mengandalkan kekuatan orang atau pihak lain, melinkan bersandar pada keimanan yang mana ia sangat percaya kekuatan Tuhan (Allah SWT) selalu akan membantunya.

Dalam Al-Qur’an Surat Luqman Ayat 16 antara lain :
 •               
    •    

Artinya :
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha Mengetahui.

[1181] yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.


Seseorang dengan kecerdasan spiritual yang sangat baik, akan mampu menolak pengaruh buruk, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk, dan mencoba memperbaiki kesalahan serta kekurangan yang ada pada dirinya. Pengaruh buruk dari dampak gobalisasi melalui media elektronik, internet dan pengaruh budaya Barat yang kurang baik bagi mental remaja siswa saat ini, harus diatasi dengan cara meningkatkan pendidikan keagamaan dan terus membimbing siswa ke arah yang positif.

Pengaruh obat-obatan terlarang, budaya kritis yang cenderung negatif karena mengurangi kesopanan pada guru dan orang tua, selama ini menjadi ciri adanya perubahan budaya pada remaja siswa di Indonesia.

Manusia sebagai khalifah di muka bumi, tidak sepatutnya membiarkan hal ini terus terjadi tanpa mengambil langkah untuk menyelesaikannya. Untuk mengatasi masalah yang kompleks ini diperlukan suatu metode pembangunan SQ, dimana mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam, maka pemerintah harus menerapkan pembangunan SQ secara mendasar melalui pendekatan Islami. Pengembangan SQ yang diupayakan pemerintah harus tetap berlandaskan kepada nilai-nilai mulia rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan, sehingga akan mengoptimalkan SQ secara terpadu.

Kecerdasan Spiritual (SQ) Berisi suara hati ilahiah (fitrah) bersumber dari percikan Amadrasah Aliah Ul Husnah yang bersifat universal, Seluruh gerakan ber-Thawaf mengilingi titik Tuhan (God Spot) seperti gerakan alam semesta (Ary Ginanjar Agustian, 2001 : 219).

Allah SWT berfirman dalam kitab suci Al-Qur’an surat Q.S. Al-Baqarah ayat 74 antara lain :
            •    
   •        •       
     

Artinya :
74. Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, Karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
(Q.S.AI-Baqarah:74).
Dengan mencermati firman Allah SWT diatas, maka jelas bahwa Kecerdasan Spiritual mutlak diperlukan dalam proses pendidikan, dalam hal ini siswa kedepannya meraka memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai masalah hidup dan mampu mengontrol emosi, serta bersabar dalam meraih ilmu dan mewujudkan cita-citanya, dapat mengembangkan bakat dirinya secara oftimal.

Untuk itu diperlukan peranan guru bimbingan konseling dalam mendidik siswa, siswa merupakan generasi penerus bangsa, guru bimbingan konseling harus lebih memperhatikan, membimbing dan mendidik siswa agar menjadi siswa yang teladan, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Tuhan (Allah SWT).

Beranjak dari apa yang penulis paparkan dapat dipahami bahwa upaya mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ) pada siswa perlu mendapat perhatian yang serius dari para Guru Bimbingan Konseling.

Berdasarkan hal tersebut mendorong penulis untuk membahasnya dengan judul “Peranan Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Pada Siswa.”

1.2. Identifikasi Masalah

1. Peranan guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Tingkat kesulitan guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual pada siswa kelas X semester genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

4. Faktor-Faktor yang mendukung kecerdasan spiritual pada siswa kelas X semester genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

1.3. Pembatasan Masalah

Agar kecermatan ini terjaga maka penulis memfokuskan masalah pada point pertama yaitu: “Peranan Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Pada Siswa kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010”.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Peranan Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010?

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa kelas X semester genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.
2. Mengidentifikasi dan memberikan gambaran terhadap peranan guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa kelas X semester genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

1.5.2. Kegunaan Penelitian
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah yang ada, terutama yang berhubungan dengan spiritual siswa.
2. Sebagai bahan pedoman bagi para guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Siswa kelas X.

1.6.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Guru Bimbingan Konseling.

1.6.3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang hendak diteliti oleh penulis adalah di SMA Muihammadiyah 2 Bandar Lampung.

1.6.4. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, waktu penelitian akan dilaksanakan pada saat semester genap Tahun Pelajaran 2009/2010.